Minggu, 21 Desember 2014

9 Elemen Program dalam ISM

       Menurut  Saxena  (1994)  program dapat dibagi menjadi sembilan elemen  yaitu:
1)      Sektor masyarakat yang terpengaruhi
2)      Kebutuhan dari program
3)      Kendala utama
4)      Perubahan yang dimungkinkan
5)      Tujuan dari program
6)      Tolak ukur untuk menilai setiap tujuan
7)      Aktifitas yang dibutuhkan guna merancang tindakan
8)      Ukuran aktifitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktifitas
9)      Lembaga yang terlibat dalm pelaksanaan program
Dalam penyusunan elemen prihal melalui proses pengkelompokan yang tepat,  beberapa jenis  dari elemen dapat pula ditetapakan menurut Sharma  (1994), yaitu:
1)      Pernyataan atas tujuan
2)      Usulan proyek atau pilihan
3)      Parameter ekonomi
4)      Tolak ukur dasar pembinaan suatu sistem
5)      Nilai
6)      Permasalahan, peluang, penyebab
7)      Aktivitas, kejadiaan (events)             

                
Selanjutnya, untuk setiap elemen dari program yang dikaji dijabarkan menjadi sejumlah sub-elemen menggunakan masukan dari kelompok studi.   Setelah itu ditetapkan hubungan kontekstual antar sub-elemen,  dimana terkandung  adanya suatu pengarahan   (direction)   seperti  ‘’ apakan tujan A lebih penting daripada tujuan B ?’’, ‘’ apakah lembaga A lebih berperen daripada lembaga B ?’’, ‘’ apakah kendala A lebih sulit diatasi daripada lembaga B ?’’, ‘’ apakah kemungkinan alternatif A lebih mudah diubah daripada kemungkinan alternatif B ?’’ , ‘’ apakah aktifitas A lebih efektif dalam mencapai tujuan program daripada aktifitas B ?’’

Sabtu, 29 November 2014

Teknik Model Struktural

Permodelan struktural mencakup dua tahap.  Pada tahap pertama diterapkan suatu alat pembangkit dari sejumlah daftar elemen-elemen yang berhubungan dengan perihal yang ditelaah.  Tahap kedua terdiri atas pemilihan hubungan-hubungan yang releven, dan suatu alat strukturisasi yang tepat, sehingga elemen-elemen tersebut dapat dinformasikan.  Alat pembangkit  (generating tool) yang dapat digunakan adalah:
1)      Focus Group Discussion (FGD),  dimana melalui proses musyawarah dan brainstorming, ditetepkan daftar elemen-elemen oleh para penulis yang terpililh dengan ketat.
2)      Expert Survey, melalui  in-depth interview  dari berbagai  pakar lintas disiplin, didapatkan kesimpulan tenteng daftar elemen (Brainwritting atau clinical Interviewing).
3)      Metode DELPHI, dengan pengumpulan informasi terkendali, iteratif dan berumpan balik.  Teknik ini adalah yang terbaik untuk pembengkitan pendapat, namun prosesnya sangat mahal dan memerlukan waktu lama.
4)      Media elektronoik seperti  computerized conferencing, generating graphics atau  tele-conference.
                Alat strukturisasi  (structuring tool)  yang untuk hubungan tak langsung adalah MICMAC, sedangkan untuk hubungan langsung digunakan teknik Interpretative Structural Modelling  (ISM).   Pada tulisan ini diperdalam tenteng teknik ISM Sebagai contoh permodelan deskriptif.
                Teknik   ISM  adalah proses pengkajian kelompok (Group learning process)  dimana model-model struktural  dihasilkan  guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem,  melelui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat.   Teknik ISM,  terutama ditunjukan pengkajian oleh suatu tim,  namun bisa juga dipakai oleh seorang peneliti.
                Saxena (1994) menyatakan bahwa teknik ISM bersangkut paut  dengan interprestasi  dari suatu objek yang utuh, atau  perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistemetika dan iteratif.  ISM dalah proses yang mentransformasikan model mental yang tidak terang dan lemeh penjelasasnnya,  menjadi model sistem yang tampak  (visible)  serta didefinisikan secara jelas dan bermanfaat untuk beragam tujuan.   Bagaimanapun juga, teknis  ISM merupakan analisa sistematik dari suatu program,  sehingga memberikan nilai yang berharga bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masa  kini maupun mendatang.
Metodologi  dan  teknik  ISM  dibagi  menjadi  dua  bagian, yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi sub-elemen. Prinsip  dasarnya  adalah identifikasi  dari suatu  struktur  didalam suatu sistem  yang memberikan  nilai  maanfaat  yang  tinggi, guna  meramu  sistem  secara  efektif  dan  untuk pengambilan  keputusan  yang  lebih  baik

Jumat, 03 Oktober 2014

Penyusunan Hirarki dalam Metode ISM

Struktur dari suatu sistem berjenjang  (hierarchial system)  diperelukan untuk lebih menjelaskan pemahamaan  dari perihal yang dikaji.  Pengertian dan pandangan tentang   jenjang  ada berbagia macam, tergantung bagai mana konsep tersebut digunakan.   Istilah ‘’hierarchy’’  berasal dari kata yunani yaitu ‘’hieros’’  yang berarti suci dan ‘’arkho’’  yang berarti aturan.  Pada formulasi modern jenjeng , diartikan sebagai derajat dari tingkataan  (ranking of levels),  dari beberapa sub-ordinat  terhadap lainnya;  dengan anggapan berada pada suatu bentuk struktur yang teratur  (Rosser, 1994).
Penentuan tingkat jenjang mempunyai banyak pendekatan;  dimana ada lima kriterianya.   Kriteria pertama adalah kekuatan pengikat  (bond strength)  di dalam dan antar kelompok atau tingkat.  Kriteria kedua adalah frekuensi relatif  dari oskilasi  (guncangan),  dimana tingkat yang lebih rendah lebih cepat terguncang dari yang di atas.  Kriteria ketiga adalah konteks  (context), dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka  waktu yang lebih lambat pada ruang yang lebih luas.  Kriteria keempat adalah liputan  (containtment),  artinya tingkat yang lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah.   Kriteria terakhir adalah hubungan fungsional,  dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat di tingkat bawahnya.

 Program yang sedang ditelaah penjengjangan strukturnya,  dibagi menjadi elemen-elemen,  dimana di setiap elemem selanjutnya diuraikan menjadi sub-elemen.   Untuk setiap elemen dilakukan pembagian menjadi sub-elemen sampai dipandang memadai.   Studi dalam perancangan program yang saling terkait memberikan pengertian mendalam terhadap berbagai elemen dan peranan kelembagaan,  guna mencapai solusi yang lebih baik dan mudah diterima.   Teknik ISM memberikan basis analisa program dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perancangan strategis.

Kamis, 13 Maret 2014

TRAINING METODE ISM (Interpretive Structural Modeling ) UNTUK MANAJEMEN STRATEGIS

SMART CONSULTING, SABTU 29 MARET 2014

Interpretive Structural Modeling Training
Salah satu  teknik permodelan yang dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis adalah Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretive Structural Modeling-ISM). ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencanaan jangka panjang yang sering menerapkan langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistic deskriptif. 

Materi Training:
1.      Definisi Sistem
2.      Tahapan pendekatan sistem
3.      Keunggulan pendekatan sistem
4.      Kelemahan pendekatan sistem
5.      Teori keputusan
6.      Konsep Dasar Metode ISM
7.      Identifikasi elemen
8.      Hubungan kontekstual
9.      Structural Self Interaction Matrix (SSIM)
10.  Reachability Matrix  (RM)
11.  Tingkat partisipasi untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam level-level berbeda dari struktur ISM
12.  Matriks canonical
13.  Diagraph
14.  Interpretive Structural Modeling
15.  Sembilan elemen program dalam ISM
16.  Klasifikasi sub elemen
17.  Identifikasi Elemen dan subelemen
18.  Keterkaitan antara subelemen pada teknik ISM
19.  Proses Teknik ISM
20.  Implementasi ISM dalam Software ISM-TMI
21.  Interpretasi Output ISM
22.  Diskusi dan sharing

Senin, 17 Februari 2014

Konsep Interpretative Structural Modeling (ISM)




Interpretative Structural Modeling 
adalah sebuah alat (tool) yang dapat menganalisa dan membantu untuk mengambil keputusan terhadap pemahaman atau ide dalam situasi yang rumit dengan cara mengelompokkan dan membuat link yang tertuang dalam sebuah peta. Proses pembuatan sebuahInterpretive Structural Modeling dapat pula dengan cara mengembangkan pengetahuan perorangan terhadap suatu permasalahan secara menyeluruh yang diambil dari proses diskusi atau sebuah analisa. Gabungan antara pengetahuan terhadap permasalahan yang dianalisa dengan susunan pemahaman terhadap permasalahan merupakan hal yang penting didalam membuat sebuah keputusan. Pengetahuan tersebut yang dibutuhkan dalam mengkomunikasikan sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang diinginkan.


Ide dan hubungan antar ide yang tertuang dalam kerangka kerja merupakan persoalan yang dipelajari. Software Interpretive Structural Modeling menjaga ide tersebut berada dalam hubungan antar idenya, serta menjamin ide tersebut bekerja sesuai dengan metodelogi, dan kemudian menjadi informasi untuk membuat peta hubungan. Peta tersebut mengungkapkan konsep yang mendasar serta pola permasalahan kepada pengguna Software Interpretive Structural Modeling, dengan memfasilitasi terhadap analisa yang dilakukan, diskusi dan pengambila keputusan. Teknik penggunaan Interpretive Structural Modeling dapat pula secara manual dengan menuangkannya ke dalam kertas dalam situasi yang tidak terlalu rumit.