Jumat, 03 Oktober 2014

Penyusunan Hirarki dalam Metode ISM

Struktur dari suatu sistem berjenjang  (hierarchial system)  diperelukan untuk lebih menjelaskan pemahamaan  dari perihal yang dikaji.  Pengertian dan pandangan tentang   jenjang  ada berbagia macam, tergantung bagai mana konsep tersebut digunakan.   Istilah ‘’hierarchy’’  berasal dari kata yunani yaitu ‘’hieros’’  yang berarti suci dan ‘’arkho’’  yang berarti aturan.  Pada formulasi modern jenjeng , diartikan sebagai derajat dari tingkataan  (ranking of levels),  dari beberapa sub-ordinat  terhadap lainnya;  dengan anggapan berada pada suatu bentuk struktur yang teratur  (Rosser, 1994).
Penentuan tingkat jenjang mempunyai banyak pendekatan;  dimana ada lima kriterianya.   Kriteria pertama adalah kekuatan pengikat  (bond strength)  di dalam dan antar kelompok atau tingkat.  Kriteria kedua adalah frekuensi relatif  dari oskilasi  (guncangan),  dimana tingkat yang lebih rendah lebih cepat terguncang dari yang di atas.  Kriteria ketiga adalah konteks  (context), dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka  waktu yang lebih lambat pada ruang yang lebih luas.  Kriteria keempat adalah liputan  (containtment),  artinya tingkat yang lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah.   Kriteria terakhir adalah hubungan fungsional,  dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat di tingkat bawahnya.

 Program yang sedang ditelaah penjengjangan strukturnya,  dibagi menjadi elemen-elemen,  dimana di setiap elemem selanjutnya diuraikan menjadi sub-elemen.   Untuk setiap elemen dilakukan pembagian menjadi sub-elemen sampai dipandang memadai.   Studi dalam perancangan program yang saling terkait memberikan pengertian mendalam terhadap berbagai elemen dan peranan kelembagaan,  guna mencapai solusi yang lebih baik dan mudah diterima.   Teknik ISM memberikan basis analisa program dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perancangan strategis.