Sebagai contoh kasus dikaji aplikasi pada telaah strategi
industrialisasi pertanian di daerah tertinggal (Eriyanto, 1996).
Industrialisasian pertanian adalah pendirian argoindustri di pedesaan
berbasis komoditi pertaniaan, dalam
rangka meningkatkan nilai tambah pendapatan petani/nelayan. Yang dimsksud daerah tertinggal adalah
seperti pulau-pulau terpencil, wilayah
perbatasan, serta daerah yang minim
infrastruktur, baik itu listrik dan
transportasi.
Dari 9
elemen hasil deliniasi program pilihan no. 5 yaitu tujuan program. Setelah konsultasi group
pakar dan wawncara yang mendalam secara lintas sektoral, maka dari elemen tujuan yang diuraikan
didapat 12 sub-elemen, yaitu :
1. Rancanganan bangunan peralatan dan mesin
yang efisien
2. Mempergunakan bahan baku secara optimal
3. Melakukan
alih teknologi budidaya
4. Aplikasi teknologi tepet guna untuk
industri pedesaan
5. Melaksanakan konservasi sumberdaya
alam
6. Meningkatkan kualitas produk
7. Memberikan suplai bahan baku
industri yang cukup dan berkesinambungan
8. Membangun infrastruktur yang memadai
9. Membina lembaga keuangan modal
alternative
10. Mengembangkan kebijakan iklim usaha
11. Membina tenaga kerja industri (SDM)
12. Meningkatkan produk ekspor dan
substitusi impor
Setelah menetapkan kedua belas sub-elemen tujuan tersebut
kemudian dilakukan expert survey, dan dari masukan para pakar dan
praktisi sebagai panelis disusunlah SSIM sebagaimana pada (Gambar 7-2).
Kemudian dibuat RM (Gambar 7-3) dan dilakukan proses pengecekan Aturan
Transivity sampai didapatkan final SSIM
(Gambar 7-4) dan final RM
(Gambar 7-5).
Setelah dilakukan proses analisis melalui jalur teknik ISM
maka akan dihasilkan :
1) Struktur
sistem dari setiap elemen (Gambar 7-6)
2) Rank dan
Hirarki dari sub-elemen pada setiap elemen
3) Klasifikasi
sub-elemen pada empat kategori peubah
(Gambar 7-7).
Setelah
meletakan dasar struktur dengan ISM,
selanjutnya dipostulasikan tiga tahap penyelesaian lanjutan yaitu :
1) Kreatifitas
: dimana kehendak, perhatian dan persoalan dari si pengambil keputusan
dikemukakan melalui pemanfaatan dari
metafon yang bertindak sebagai penyaring dan juga memberikan pendalaman
terhadap situasi masalahnya.
2) Pilihan (choice) : yaitu identifikasi dari sistem yang
tetap berdasarkan isu/perihal yang terbuka sewaktu tahap pertama. Pada tahap ini terjadilah keterkaitan dengan
konsep ‘’System of Systems Methodelogies’’
dari Total System Intervention (TSI).
3) Implementasi
: disinilah metafor yang dominan
dan menentuka sekaligus metodelogi sistem yang bersangkutan, harus berfungsi
untuk menjamin perubahan organisasional yang terkoordinir dan efektif.
Diagram (maps)
yang diproduksi ISM terdiri atas beberapa
jenis.
Apabila terdapat sub-elemen
tunggal yang tidak
terhubungkan dengan yang lain,
disebut sub-elemen terisolasi.
Suatu siklus (cycle) adalah dua
atau lebih s ub-elemen yang terhubungkan satu sama
lain pada kedua arah.
Suatu diagram disebut berjenjang
(hierarchy) bila tidak terdapat
siklus, artinya tidak terdapat umpan balik (feedback). Apabiala suatu diagram
ISM mempunyai jenjang dan minimal
satu siklus, maka disebut
struktur campuran (mixed structure). Suatu struktur campuran dapat diubah menjadi struktur berjenjang melalui penggantian siklus dengan
sub-elemen proxy. Studi
mendalam tentang siklus diperlukan
untuk memudahkan interprestasi.
Pada contoh kasus
(Gambar 7-6), tingkat (level-L) dari
setiap sub-elemen ditentukan melalui pemisahan tingkat pada RM. Penetapan tingkat dari setiap sub-elemen bisa mengggunakan Table 7-2.
Hasil pada studi kasus didapatkan tujuh tingkat
dimana sub-elemen 12 menempati
tingkat pertama.
Apabila RM tidak terlalu
rumit, maka penetapan
jenjang bisa langsung dilaksanakan melalui hasil ranking
(lihat Gambar 7-5) dengan merujuk pada a spek Driver Power. Elemen kunci (key
element) adalah yang
punya peringkat satu; dalam hal kasus
ini adalah sub-elemen 10 dan 11.
Dengan memperhitungkan driver power (DP) dan dependence (D) dari setiap
sub-elemen, maka matriks DP-D dapat
disususun dengan menepatkannya pada setiap
ordinat (x,y) masing-masing.
Contoh kasus, di
Gambar 7-7 terlihat bahwa
ke Sembilan sub-elemen
tersebar sesuai dengan
ordinatnya dan masuk
dalam kategori empat
sektor. Setelah itu
para analis harus menggunakan penilaiaannya
guna mengklasifikasikan sub-elemen
tersebut pada sektornya
melalui pertimbangan beragam
faktor lainnya.
Sebagai misal,
dari Gambar 7-7 terlihat tujuan seperti melakukan Ahli
teknologi budidaya (3), Melaksanakan konservasi sumberdaya alam (5), Memberikan
suplai bahan baku yang cukup dan berkesinambungan (7),
Membangun infrastuktur yang memadai
(8) dan Membina lembaga keuangan
alternative (9) asalah termasuk peubah linkages (pengkait) dari sistem.
Setiap tindakan pada tujuan-tujuan tersebut akan menjamin suksesnya
program indrustrialisasai pertanian di daerah tertinggal; sedangkan lemahnya perhatian terhadap
tujuan-tujuan tersebut akan meyababkan kegagaglan program.
Analisa lebih lanjut pada sektor IV (independent), menyatakan bahwa
tujuan seperti Rancangan bangun Alat dan
Mesin yang efisien (1), Aplikasi teknologi tepat guna untuk industri pedesaan (4),
Mengebangkan kebijakan iklim usaha
(10) dan Membina tenaga kerja
indusrti (11) adalah termasuk peubah bebas. Dalam hal ini berarti kekuatan
penggerak (driver power) yang besar, namun memiliki sedikit
ketergantungan terhadap program.
Sedangkan sub-elemen tujuan lainnya termasuk kategori peubah tidak
bebas (dependent), yang diartikan lebih sebagai akibat dari
tindakan tujuan lainnya.
Dengan dua bentuk informasi
(Diagram ISM and DP-D Matriks)
maka pengalaman pada sistem tersebut menjadi dimungkinkan guna menunjang
analisis analisis kebijakan maupun perencanan strategis. Untuk setiap elemen dilakukan proses yang
serupa guna menghasilkan struktur sistem dan klasifikasi sub-eleman pada empat
kategori peubah dengan memperhatikan driver
power dan dependency dari
masing-masing sub-elemen. Setelah semua
elemen direkayasa strukturnya, maka kemudia dilakukan pembahasan menyeluruh dan
menetapkan elemen kunci untuk masing-masing.
Identifikasi dari struktur didalam suatu sistem merupakan
perihal yang berharga dalam mengkaji sistem secara efektif, serta menghasilkan keputusan yang lebih baik. Model struktural dapat diwujudkan dalam interaksi grafis,
aliran sinyal, Delta charts dan sebagainya.
Namun teknik ISM lebih maju dalam interprestasi dari sistem melalui aplikasi
iteratif yang sistematik dari teori grafis. ISM terbukti
mampu merubah suatu sistem yang tidak jelas dan kompleks, menjadi model
yang lebih definitif untuk bermacam
manfaat.
Dalam ruang lingkup penelitian
sistem socio-teknologis seperti dibidang pertaniaan dan industri, maka
sudah saatnya dilakukan
revisi metodelogi, sehinggamampu menyumbang pemikiran yang berarti
berarti lansung pada perwujudan tujuan pembangunan nasional. Peryataan yang patut dijawab, adalah apakah
dalam Studi Kebijakan masih perlu
mempertahankan teknik analisa berbasis Rumah tangga (Household survey), dan menggantikannya dengan analisa
sistem. Apakah sudah saatnya
perencanaan rencanaan strategis meninggalkan base-line survey dan
mengintroduksi lebih banyak action-based research ?. kesemua itu menuntut pemahaman metodologis,
diamana perdebatan terbuka dianjurkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar