Analisis struktur untuk mengembangkan agroindustri
mangga Arumanis segar dan olahan di Kabupaten Probolinggo sebagai produk yang
optimal perlu didukung oleh kelembagaan yang memadai. Dalam penelitian ini,
elemen struktur kelembagaan dibatasi pada beberapa pelaku yang dianggap cukup
berperan dalam kelembagaan agroindustri mangga Arumanis segar dan olahan,
yaitu : 1) Lembaga Perguruan Tinggi, 2) Dinas Pertanian, 3) Perbankan, 4) Pengusaha
Agoindustri Mangga Arumanis Skala Kecil dan Menengah, 5) Kluster, 6) Kadin, 7)
Pedagang Perantara (Agen), 8) Disperindag, dan
9) Koperasi.
Hasil analisis kelembagaan secara struktural dengan
teknik ISM disajikan pada Gambar 2, bahwa elemen kunci kelembagaan adalah
Disperindag (8). Hal ini menunjukkan bahwa, keberhasilan pengembangan
agroindustri mangga Arumanis segar dan olahan di Kabupaten Probolinggo sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kinerja Dinas perindustrian dan perdagangan
(Disperindag) dalam menetapkan kebijakan yang dimiliki.
Sedangkan pihak
Lembaga Perguruan Tinggi (1), Dinas Pertanian (2), Perbankan (3),
Pengusaha Agroindustri Mangga Arumanis Skala Kecil dan Menengah (4), Pedagang
Perantara (Agen) (7), dan Koperasi (9) termasuk dalam sektor III. Elemen-elemen
pada sektor III ini merupakan peubah yang harus dikaji secara hati-hati, sebab
hubungan antar peubah tidak stabil dan dapat memberikan dampak berhasil
tidaknya suatu pengembangan agroindustri mangga Arumanis segar dan olahan di Kabupaten
Probolinggo. Hal ini berarti aparat birokrasi di daerah harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif yang mendorong berkembangnya agroindustri, antara lain
melalui kebijakan yang memihak kepada Pengusaha Agroindustri Mangga Arumanis
Skala Kecil dan Menengah. Lembaga Kluster dan Kadin terletak pada sektor II
adalah peubah tidak bebas.
Gambar 2. Matriks Driver-Power dan Dependence
Kelembagaan
Gumbira dan Haritz
(2001) menyatakan keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis
nasional sangat penting untuk menciptakan agroindustri Indonesia yang tangguh
dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam
upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan
pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung pengembangan agribisnis
Indonesia adalah (1) pemerintah, (2) lembaga pembiayaan, (3) lembaga pemasaran
dan distribusi, (4) koperasi, (5) lembaga pendidikan formal dan informal, (6)
lembaga penyuluhan pertanian lapangan, dan (7) lembaga penjamin dan
penanggungan risiko.
Thailand mempunyai keunggulan pengembangan
agribisnis hortikultura yang lebih baik dari negara lain, hal ini disebabkan
adanya 1) Kerjasama
yang terpadu antara pengusaha, masyarakat dan pemerintah sangat langgeng dan
berkesimbangungan, di mana ide-ide dan motivasi pengusaha berkembang dengan
mendapat dukungan dari pemerintah untuk merealisasikannya, dan 2) Koordinasi antara instansi pemerintah dengan
asoiasi-asosiasi sangat baik, terutama dengan board of trade (BOT),
Federation of Thai-industry Assoiation (FTA), dan Thailand Banking
Assosiation (TBA) (Antara, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar