Kemudian dilakukan perhitungan menurut Aturan Transivity dimana dilakukan koreksi terhadap SSIM sampai
terjadi matriks yang tertutup. Modifikasi SSIM
membutuhkan masukan dari para penelis/ pakar, dengan diberi catatan khusus agar perhatian
ditunjukan hanya pada sub-elemen tertentu.
Hasil revisi SSIM dan matriks yang memenuhi syarat Aturan Transivity diperoses lebih lanjut. Untuk revisi dapat juga dilakukan
transformasi matriks dengan program komputer.
Aturan
Transivity merupakan aturan kelengkapan dari lingkaran sebab akibat (casual-loop), sebagai misal :
A mempengaruhi
B
B mempengaruhi
C
Maka A (seharusnya)
mempengaruhi C
D meningkatkan
E
E meningkatkan
F
Maka D (tidak seharusnya) memperkecil F
Table. Keterkaitan Antar Sub-elemen
pada Teknik ISM
No.
|
Jenis
|
Interprestasi
|
1.
|
Pembandingan
(Coperative)
|
. A lebih penting/besar/indah,
daripada B
|
2.
|
Peryataan (Definitive)
|
. A adalah atribut B
. A termasuk didalam B
. A mengartikan B
|
3.
|
Pengaruh (Influence)
|
. A menyebabkan B
. A adalah debagia penyebab B
. A mengembangkan B
. A menggerakan B
. A meningkatkan B
|
4.
|
Ruang (Spiral)
|
. A adalah selatan/ utara B
. A diatas B
. A sebelah kiri B
|
5.
|
Waktu (Temporate/Time Scale)
|
. A mendahului
B
. A mengikuti B
. A mempunyai prioritas lebih dari B
|
Pengolahan lebih lanjut dari Reachability
Matrix yang telah memenuhi Aturan Transivity adalah penetapan pilihan
jenjang (level partition). Pengolahan bersifat tabulatif dengan
pengisisan format, dan bisa dibantu dengan komputer.
Berdasarkan
pilihan jenjang maka dapatlah digambarkan skema setiap elemen menurut jenjang
vertikal maupun horisontal.